Diet Kilat Ternyata Efektif Turunkan Berat Badan
Para ahli selalu mengatakan penurunan
berat badan perlahan dan stabil adalah yang terbaik. Namun saat ini ada
penelitian yang mengatakan penurunan berat badan kilat ternyata efektif
dan berat badan tak naik lagi sesudahnya.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal
medis The Lancet Diabetes and Endocrinology itu memang berlawanan dengan
panduan medis internasional yang merekomendasikan penurunan berat badan
perlahan agar tidak mudah naik lagi. Bahkan para ahli gizi memperingatkan
bahaya diet penurunan berat mendadak yang disebut crash diet itu karena ada
kemungkinan pelakunya kekurangan banyak nutrisi esensial untuk kesehatan.
Selama studi tersebut 200 orang dewasa
penderita obesitas mengikuti program penurunan berat badan kilat selama 12
minggu atau program penurunan bertahap selama 36 minggu. Pengikut program kilat
hanya mengonsumsi pengganti makanan berkalori antara 450 sampai 800 setiap
hari. Sementara pelaku diet bertahap mengurangi asupan kalori sampai 500 kalori
sehari dari yang direkomendasikan sebanyak 2.500 kalori untuk pria dan 2.000
kalori untuk wanita.
Peserta penelitian yang mengalami
penurunan berat badan lebih dari 12,5 persen bobot tubuhnya kemudian mengikuti
diet pemeliharaan berat badan selama tiga tahun. Empat dari peserta crash diet
mencapai target berat badan mereka dibandingkan hanya separuh yang menjalani
diet bertahap.
Selain itu pelaku crash diet juga
cenderung tak mengalami kenaikan berat badan. Faktanya, kedua kelompok
mengalami kenaikan sekitar 71 persen berat badan yang sudah diturunkan dalam
tiga tahun.
Ahli gizi dan peneliti Katrina Purcell
mengatakan,"Panduan merekomendasikan penurunan berat badan bertahap untuk
mengatasi obesitas, merefleksikan secara luas kepercayaan yang sudah ada bahwa
penurunan berat kilat akan mengalami kenaikan berat badan kembali. Penelitian
kami menemukan mencapai penurunan berat badan 12,5 persen dari berat
badan ternyata lebih efektif dan pelaku diet yang putus di tengah jalan lebih
rendah ketika dilakukan dengan cepat."
Studi itu dipimpin oleh Prof. Joseph
Proietto dari University of Melbourne, Australia. Mereka percaya pelaku crash
diet lebih sukses menurunkan berat badan karena penurunan berat badan cepat
memberi insentif untuk terus berdiet. Menyantap pengganti makanan juga lebih
mudah dilakukan dibandingkan dengan mengurangi jumlah kalori.
Namun mereka mengingatkan pelaku crash
diet akan bahaya kekurangan nutrisi esensial yang dibutuhkan setiap hari.
Pelaku diet ini perlu mengonsumsi suplemen yang sudah disetujui secara
medis.
Para ahli lain mengatakan
kita perlu waspada dengan penemuan ini. Jenis fad diet seperti diet yang hanya
minum jus atau sup kubis dapat membahayakan kesehatan.
Prof. Naveed Sattar dari University of Glasgow mengaku prihatin dengan penelitian itu. Ia mengatakan bahkan pelaku diet bertahap juga menurunkan berat terlalu cepat dalam penelitian ini. "Kita harus ingat bahwa kenaikan berat badan penderita obesitas terjadi selama bertahun-tahun dan menurunkannya tentu perlu waktu agar otak dan sistem saraf yang mengatur nafsu makan punya cukup waktu untuk diset kembali," katanya.
Prof. Naveed Sattar dari University of Glasgow mengaku prihatin dengan penelitian itu. Ia mengatakan bahkan pelaku diet bertahap juga menurunkan berat terlalu cepat dalam penelitian ini. "Kita harus ingat bahwa kenaikan berat badan penderita obesitas terjadi selama bertahun-tahun dan menurunkannya tentu perlu waktu agar otak dan sistem saraf yang mengatur nafsu makan punya cukup waktu untuk diset kembali," katanya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon